BeritaPengumumanUmum

Kota Malang Raih Penghargaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (2 Oktober 2019)

Kota Malang Raih Penghargaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

 

Kota Malang meraih penghargaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Penghargaan diserahkan Menteri Kesehatan RI, Nila Djuwita F. Moeloek kepada Walikota Malang, Sutiaji, pada acara peringatan Hari Kesehatan Lingkungan Se Dunia ke 9, yang digelar di gedung Profesor Suyudi Kementerian Kesehatan RI, Jakarta (2/10 ’19).
Yang membanggakan, selain Kepala Daerah, petugas kesehatan (sanitarian, red) kota Malang juga meraih awarding. Apresiasi kementerian kesehatan diberikan kepada Anita Reski D., Amd. Ling dari Puskesmas Polowijen, Kecamatan Blimbing, kota Malang.

“Ini (penghargaan) menunjukkan bahwa partisipasi warga masyarakat kota Malang akan kebersihan lingkungan sangatlah tinggi. Maka penghargaan yang saya terima ini, saya persembahkan untuk warga kota Malang, “ujar Sutiaji, Walikota Malang, usai prosesi penyerahan penghargaan. Ditambahkan oleh pria penggiat olah raga bulu tangkis ini, bahwa program pembangunan yang berangkat dari bawah (bottom up) dan berbasis masyarakat, cenderung lebih sustainable (berkelanjutan) dan awet, dibandingkan program program yang top down. “Dan kota Malang, cukup teruji, terukur dan terbukti akan pembangunan berbasis (terlahir) dari masyarakat, seperti yang terpotret pada kampung warna warni, kampung glintung go green, kampung budaya polowijen, dan yang lainnya, “imbuh Sutiaji.

Sementara itu Menkes RI, Nila DF. Moeloek, menegaskan bahwa derajat kesehatan itu faktornya lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan perilaku. “Komposisi derajat kesehatan itu 30 persen karena faktor perilaku, 40 persen faktor lingkungan (sanitasi dan air bersih), 20 persen dari pelayanan kesehatan dan 10 persen faktor genetika. Oleh karenanya strategi kemenkes adalah menumbuhkembangkan secara masif germas (gerakan masyarakat hidup sehat). Yang itu artinya menyentuh kebiasaan dan perilaku, “tegas Menkes, Nila Moeloek.

“Bagaimana kita bisa memiliki lingkungan sehat, kalau B. A. B (Buang Air Besar) masih banyak langsung ke sungai. Bahkan tercatat yang ODF 100 persen hanya 28 daerah, “ungkap masgul Nila Moeloek. Ditambahkannya, pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis lingkungan, sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan rekayasa pada akses ini. Agar usaha tersebut berhasil, akses masyarakat pada jamban (sehat) harus mencapai 100% pada seluruh komunitas. Keadaan ini kemudian lebih dikenal dengan istilah Open Defecation Free (ODF).

Kepada Kepala Daerah, dan juga Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kota/Kabupaten yang hadir, Menkes RI, juga memberi tantangan, berani tidak mengubah dan memindah kampung (rumah rumah) yang sebelumnya membelakangi sungai, selanjut diubah menghadap sungai. “Salud dah saya kalau ada yang berani dan berhasil melakukan itu, “ujar Menkes Nila Moeloek.
Hari Kesehatan Lingkungan Se Dunia tahun 2019, memberikan 19 penghargaan untuk kota dan kabupaten terbaik dalam program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Untuk Jawa Timur, selain kota Malang, yang juga meraih penghargaan kota Kediri dan kabupaten Pamekasan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *